What is Music? IV

Sabtu, 06 Februari 2010 16.05 by Patrisius Sixtus Bere
WHAT IS MUSIC?
(BAGIAN VI)

Patrisius Sixtus Bere

PERANAN MUSIK BAGI MANUSIA

Menggumuli persoalan peranan musik bagi manusia adalah usaha manusia untuk menjawabi 2 pertanyaan yakni musik jenis mana dan bagaimana kita memberdayakan diri dengan musik.

• Musik Sebagai Hiburan

Fungsi musik sebagai hiburan adalah fakta primer yang diakui dan diterima di mana-mana. Dengan melodi yang indah, harmoni yang proporsional dan ritme yang pas, seseorang dapat merasa terhibur dengan musik. Dimensi hiburan dari musik sebenarnya bukan sebuah fenomen yang baru karena telah menjadi bagian fundamental pemikiran Yunani kuno. Menurut mereka, musik adalah salah satu ekspresi dari homo ludens, sebuah permainan yang memikat dan menghibur manusia. Dengan meluangkan waktu untuk bermusik, manusia bisa mencari suasana baru yang menyegarkan kondisi fisik dan psikisnya.
Dalam konteks Indonesia dan situasi di sekitar kita, prosentasi terbesar perkembangan musik bersifat hiburan, yang modelnya masih banyak tergantung dari pengaruh dan intervensi luar. Produk musik dari luar banyak kali menginvasi penggemar dan konsumen musik Indonesia.
Kurangnya pengertian orang terhadap musik yang berkualitas, membuat orang gampang terperangkap dalam hal-hal yang mudah ditangkap, mudah dicerna dan enak dinikmati. Musikpun demikian. Seni musik sebagai hiburan telah menjadi pilihan banyak kalangan yang membuatnya semacam atribut sosial yang dengannya orang digolongkan sebagai seniman.
Kenyataan seperti ini tidak buruk karena itulah fakta primernya. Tetapi bila kejadian seperti ini tidak disikapi dengan benar maka kita terjerumus ke dalam penyempitan makna musik walaupun musik sebenarnya mempunyai peranan jauh dari yang sekedar kasat mata.

• Musik Dan Perkembangan Emosional

Emosi adalah gejolak penyesuaian diri yang berasal dari dalam yang melibatkan hampir keseluruhan diri individu yang berfungsi untuk tercapainya suatu pemuasan atau perlindungan diri atau kesejahteraan diri pada saat berhadapan dengan lingkungan atau objek (rangsangan) tertentu. Emosi timbul dari pengalaman-penglaman individual. Denngan demikian maka setiap orang sebanarnya tidak sama kualitas dan kuantitasnya terhadap suatu objek yang sama.
Setiap orang yang sehat dapat bereaksi terhadap sebuah musik yang didengar atau dimainkan baik dalam arti fisik maupun secara psikis. Emosi sebagai keadaan psikis manusia merupakan salah satu aspek yang paling meresap dalam eksistensi manusia, dalam arti berhubungan dengan setiap aspek perilakunya; aksi, persepsi, memori, belajar dan dalam membuat keputusan. Sebagai suatu reaksi terhadap musik, emosi dapat merupakan sebuah pengalaman personal. Musik dapat mempengaruhi suasana hati dan akhirnya mempertajam perhatian, sehingga subjek dapat lebih memberi perhatian pada kata-kata yang cocok dengan suasana musiknya.
Dalam tradisi pemikiran Yunani yang kuno, dapat ditemukan gejala dan pengaruh seperti ini. Melodi-melodi olimpik dapat membangkitkan semangat dan antusiasme, sementara itu melodi dan irama-irama lainnya mengisyaratkan kemarahan, kelembutan, keberanian, ketenangan dan lain sebagainya. Dalam melodi-melodi sebuah musik, sebenarnya sudah terkandung suau ethos lebih-lebih dalam lagu yang kandungan etisnya lebih ditonjolkan. Mungkin karena hal ini maka orang Yunani beranggapan bahwa setiap jenis lagu (dalam budaya Yunani dikenal sebagai Modus/Mode misalnya ionian, dorian, dlsb) memilki efek tertentu; ada yang membuat orang gembira, sedih, tenang dan sebagainya. Begitu juga dengan instrumen musik, misalnya bunyi seruling selalu dihubungkan dengan suasana yang semarak dan menggairahkan.

• Musik Dan Perkembangan Inteligensi

Perkembangan musik sebagai suatu ilmu pengetahuan yang diteliti telah melahirkan fakta baru bahwa musik sebenarnya jauh lebih penting dari apa yang pernah dipikirkan tentangnya selama ini.
Orang-orang Yunani selalu menggolongkan musik sebagai satu Paidea ,pendidikan dan peradaban. Musik bagi mereka musik merupakan sebuah mimesis dan efeknya adalah membangkitkan perasaan-perasaan etis yang positif atau negatif. Setiap cara orang bernyanyi, setiap jenis nada (atau menari) merepresentasikan sesuatu dan sejauh sesuatu yang direpresentasikan itu baik indah atau jelek, maka kualifikasi demikianlah yang diberikan kepada musik tersebut. Di sinilah nilai etis musik. Dengan cara yang sama kita menilai nilai edukatif dari musik.
Keyakinan paling umum menyatakan bahwa hanya sebagian kecil orang yang musikal atau menjadi musisi. Keyakinan yang hampir menjadi mitos ini membuat orang akan menjadi mudah menyerah bila belajar bernyanyi atau memainkan alat musik, padahal kemampuan musikal manusia sebenarnya berada pada otak dalam tingkat ketidaksadaran. Itulah persoalannya bahwa manusia terlalu percaya bahwa ia bukanlah seorang yang mempunyai kemampuan musikal tertentu.
Penelitian menunjukkan bahwa musik dapat merekonstruksi otak manusia, terutama dengan latihan motorik, memainkan alat musik. Ini tidak berarti bahwa seluruh bentuk dan susunan otak akan berubah secara langsung tetapi lebih dipahami sebagaimana misalnya bahwa dengan mengkoordinasi tangan dan jari dalam memainkan alat musik, dapat mengubah kemampuan otak untuk membedakan sentuhan jari yang berbeda pada tangan yang sama. Pengorganisasian ini menjadi lebih berarti misalnya saat menggunakan jari terdekat dengan koordinasi tinggi atau secara terus-menerus seperti seorang pemain piano, gitar atau klarinet. Di situ, sel otak terdekat akan menerima rangsangan terus-menerus dan diaktifkan bersama-sama.
Studi akhir-akhir ini mengatakan dan menemukan bahwa Corpus Callosum para musikus lebih tebal dan lebih lengkap perkembangannya ketimbang bukan musikus. Ini meneguhkan gagasan bahwa musik memperluas jalur-jalur saraf yang telah ada dan merangsang belajar serta kreativitas. Planum Temporale, yang terletak di Lobus Temporalis Korteks, juga lebih menonjol pada diri musikus. Wilayah otak ini tampaknya berkaitan dengan pemrosesan bahasa dan barangkali juga mengkategorisasi bunyi-bunyian, menunjukkan adanya hubungan persepsi antara bahasa dan musik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa musik secara misterius menjangkau kedalaman otak dan tubuh kita dan mengubah banyak sistem tak sadar kita menjadi ekspresi.
Tidak pernah ada kata terlambat bagi otak untuk berubah. Hal ini sangat mendukung motto bahwa tidak ada kata terlambat untuk belajar musik. Asumsinya adalah bahwa semakin banyak jumlah serabut otak yang disediakan untuk melaksanakan tugas, maka akan semakin baik kinerjanya. Ini memang tergantung dari kebiasaan dan pengalaman yang bisa saja sangat individual sifatnya. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa musik dalam betuk apapun tidak pernah lepas dari kinerja otak baik bila seseorang itu terlibat secara aktif maupun secara pasif dalam aktivitas musikal sebagai pendengar.

• Musik Dan Perkembangan Spiritual

Bagaimana mendapat manfaat spiritual yang besar dengan musik merupakan sebuah fenomen univesal. Gejala universal ini dapat terasa dalam tradisi-tradisi musik seperti musik Negro Spiritual yang kaya akan ekspresi dan pengalaman batin dan penderitaannya, musik Taize yang kontemplatif dan meditatif, musik Gereja dan lagu gregorian yang agung dan semarak, musik vodoo yang bergerak kepada dimensi trance, musik India dan China yang religius serta Overtune Singing bikhsu Tibet yang mengabsolutkan konsentrasi dan kedalaman batin. Di dalam musik-musik seperti itu, terkandung dimensi spiritual yang sakral, hangat dan mendalam. Mereka dapat mengungkapkan kedalaman dan kekayaan spiritual mereka yang tak dapat dijangkau oleh pengungkapan lahiriah lainnya.
Musik sebagai pengungkapan spiritual, menghanyutkan perasaan, dan dilukiskan sebagai yang mempesona bagaikan paduan suara para malaekat. Keindahan dan kedalaman musik membuat manusia memahami bahwa mereka bisa menjangkau sebuah situasi trance, kekuatan yang lebih tinggi. Musik seolah menjembatani jurang antara dunia material yang kasat mata dengan dunia spiritual yang ada dalam batin mereka. Musik menjembatani yang sekular dan yang kudus, yang celestial dan yang teresterial.
Pengalaman spiritual yang personal sifatnya juga dapat menjadi pengalaman banyak musisi ketika menciptakan musik mereka atau mereka yang merasa tersentuh menyanyikan sebuah karya atau mendengarkan sebuah pertunjukan musikal.

• Musik Sebagai Sarana Penyembuhan

Dalam zaman moderen sekarang ini, urusan kesehatan merupakan tanggungjawab setiap orang, dokter dan pasien tentunya. Sebagai pasien orang daapt menggunakan musik untuk menyembuhkan dirinya. Musik membuat orang peka tehadap ritme dan siklus diri sendiri. Penelitian modern membenarkan tesis ini; penggunaan musik dan efek fonograf telah dipakai banyak kalangan untuk menenangkan dan menghibur pasien yang menderita banyak penyakit. Di sini musik membuktikan dirinya sebagai alternatif terapeutik yang patut diperhitungkan.
Bukti penggunaan musik untuk kesembuhan merupakan sebuah pengalaman yang klasik dalam dunia kedokteran dan pengobatan tradisional. Banyak kebudayaan klasik yang mengakui kekuatan supranatural musik sehingga membuat musik manjur untuk mengobati pasien yang menderita. Musik dipakai untuk menyelaraskan kembali harmoni diri manusia yang yang sementara bertentangan dengan harmoni kosmis. Banyak tradisi dan kisah penyembuhan dari suku-suku kuno di Asia, Afrika dan Amerika sering menghubungkan secara fundamental musik dan kesehatan manusia.
Perumusan yang lebih masuk akal dan ilmiah dibuat oleh para peneliti modern berdasarkan gagasan lama yang kelihatannya kurang masuk akal. Gagasan lama sering terlalu melihat aspek supernatural musik yang untuk orang-orang modern dapat dijelaskan dengan mudah secara ilmiah. Dengan perkembangan seperti ini maka di banyak Rumah Sakit di dunia telah merintis penggunaan musik sebagai terapi yang berguna bagi penyembuhan berbagai jenis penyakit.

• Musik Sebagai Sains

Sejak zaman Yunani, musik telah dimasukkan sebagai satu kurikulum yang wajib dipelajari oleh kaum muda terutama mereka yang akan menjadi prajurit dan negarawan/penguasa.
Sebagai sains, musik merupakan medan penelitian manusia sebagaimana halnya dengan berbagai ilmu dan realitas lainnya. Penelanjangan ilmiah ini perlu karena musik sesungguhnya merupakan sebuah fakta ilmiah dan sains. Musik merupakan sebuah gejala matematis yang dapat diukur dan diteliti secara rasional. Musik itu bukan hanya bahasa non-verbal tetapi bahasa verbal. Musik itu ditulis sehingga dapat dipahami, dipelihara, diteruskan dan dikembangkan. Dengan menulis manusia mengerti musik dan tidak menganggapnya sebagai ‘makluk’ di awang-awang yang tidak dipahami. Upaya rasionalisasi dan strukturisasi musik dibuat dengan menempatkan melodi, harmoni dan ritme secara tertentu, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dari sebuah karya musik.
Sifat dasar musik yang rasional ini sangat memudahkan orang untuk mempelajari musik sebagai keterampilan, dengan menganalisa struktur musik berdasarkan elemen-elemennya dan pada akhirnya berupaya memahami musik –termasuk – sebagai sebuah terapi.
Sebagai satu keterampilan, musik dapat ditransfer dan dipelajari karena manusia pada dasarnya adalah makluk rasional yang akan mudah memahami sesuatu yang digambarkan secara rasional pula. Unsur-unsur emosional dalam musik juga opada dasarnya bersifat kognitif. Analisa struktur melodi, harmoni dan ritme serta elemen-elemen lainnya seringkali sangat mempengaruhi orang memahami gagasan dasar di balik sebuah penciptaan karya musik serta manfaat dan sasarannya. Demikian juga dengan terapi musik yang tentu saja tidak dapat dilepaskan dari unsur-unsur vital musik.

• Musik Dan Pengaruh Negatif Musik

Telinga manusia pada umumnya dapat mengadaptasi berbagai jenis bunyi termasuk bunyi musik. Kenyataan ini tidak pernah menutup kemungkinan negatif yang diakibatkan oleh musik. Konkretnya, kita perlu mengetahui dengan jelas dan pasti, mana musik yang berguna bagi kesehatan dan mana yang merugikan diri sendiri. Hal ini lebih dipicu lagi dengan berbagai penemuan modern yang mengatakan bahwa manusia seringkali lebih memilih musik yang merusak harmoni dan kesehatan dirinya. Dengan konsep yang keliru, banyak orang telah meyakini sesuatu yang menghancurkan dirinya sendiri. Serangan tanpa ampun ini seringkali dilayangkan kepada mayoritas anak-anak muda .
Beberapa penelitian telah menegaskan bahwa kalau tubuh kita terus menerus berada dalam kondisi stres, ia akan kecanduan adrenalin –seperti tubuh yang kecanduan obat bius – dan terus – menerus membutuhkannya, termasuk kegiatan berpikir dan belajar perlu dipicu oleh rangsangan demikian. Rangsangan seperti ini adalah sebuah investasi yang keliru karena menyebabkan tubuh semakin lemah dan hancur seperti hancurnya tubuh pecandu narkoba.
Kelompok kedua yang menjadi perhatian besar di sini adalah anak-anak. Rangsangan musik keras dan hingar-bingar seperti musik Heavy-Metal, Musik Rock dan beberapa musik Populer pada anak-anak akan menimbulkan kondisi panik, stres serta mendorong perilaku hiperaktif dan tidak tenang. Lagu-lagu tertentu yang keras dan buruk akan menekan saraf dan membuat banyak anak merasa tidak nyaman. Dengan demikian jelaslah bahwa ritme musik yang keras dan brutal dapat mengurangi kapasitas ingatan pada manusia karena menggangu ritme alamiah gelombang otak.
Efek buruk musik keras dan beberapa musik yang buruk dapat terjadi pada siapa saja; bayi, anak-anak, remaja dan orang dewasa. Dengan munculnya kesadaran akhir-akhir ini, maka orang mulai memperhatikan perilaku, merevisi sistem nilai dan kepercayaan mereka. Banyak orang mulai sibuk dengan harmoni alamiah mereka dan mulai menyembuhkan penyakit fisik dan emosi yang dipicu oleh musik yang tidak sesuai. Ada kesadaran baru untuk menggunakan musik untuk mendukung nilai-nilai hidup yang hendak diperjuangkan dan dihormati. Kesadaran untuk menggunakan musik yang berkualitas seperti musik klasik dan musik tertentu termasuk musik populer tertentu bahkan suara dan bunyi alam tertentu dapat melepaskan seseorang dari kecenderungan untuk mendikte masyarakat yang kecanduan musik yang belum tentu berguna bagi kesehatan diri.

1 Response to "What is Music? IV"

  1. Anonim Says:

    wah, matur nuwun ya mas, banyak membantu niy tulisan anda . .

Posting Komentar