Salib kebenaran dan kemenangan

Sabtu, 06 Februari 2010 15.48 by Patrisius Sixtus Bere
JUMAT AGUNG
TAHUN A/11
2008
………………………………
Kalau kita mau memberi arti pada seluruh perayaan pada hari ini, maka saya dapat mengatakan pada anda bahwa hari ini kita merenungkan bersama dasar kemenangan kita yakni salib. Sejak kecil sampai dengan saat ini, entah sadar atau tidak, sengaja atau tidak sengaja, terpaksa atau tidak kita biasa menandai diri dengan salib.
Satu fakta yang tidak bisa kita hindari adalah bahwa Yesus disalibkan. Penyaliban adalah satu bentuk pelaksanaan hukuman mati terutama bagi budak-budak dan pemberontak politik atau orang yang melawan pemerintah yang sah. Jelas di sini bahwa Yesus diadili oleh instansi Romawi dengan tuduhan melawan dan memberontak di bawah kekuasaan Prokurator Pontius Pilatus. Tuduhannya adalah bahwa Ia adalah Mesias (Raja Orang Yahudi), walaupun Dia tidak pernah menyebut diriNya seperti itu. Tuduhan itu datang dari para pemimpin agama Yahudi seperti Ahli Taurat dan Farisi serta pemuka Yahudi seperti Saduki. Bagi mereka, Yesus menghujat Allah karena berbagai pekerjaanNya dan kata-kataNya.
Dengan alasan ini, Yesus lalu digiring keluar dari ruang pengadilan dan ditempatkan di sebuah halaman untuk seterusnya diarak menuju kepada tiang gantungan. Yesus diarak dengan sejumlah pasukan Romawi dan dihujani makian dan teror dari rakyat Yahudi yang menginginkan sendiri hukuman mati bagiNya. Perjalanan yang panjang, salib yang berat, makian, pukulan dan sengatan matahari menimbulkan penderitaan yang maha berat. Inilah yang dialami Yesus saat itu, hukuman yang tidak manusiawi. Seseorang yang dijatuhi hukuman salib biasanya jenasahnya tidak diturunkan dari salib, tetapi dibiarkan tergantung dan menjadi tontonan. Hanya mereka yang jahat dan berasal dari kelas masyarakat paling rendah saja yang disalibkan. Itu berarti Yesus disamakan dengan orang-orang ini.
Hukuman yang diterima Yesus sebenarnya adalah hukuman dengan 2 alasan mendasar; motof politik dari pihak Romawi sebagai pemberontak yang mengganggu stabilitas keamanan Pax Romana, dan di lain pihak motif agama yang datang dari pemimpin agama yang menginginkan kemurnian agama Yahudi.

Apa makna salib yang kita hormati dan rayakan pada hari ini?

• Yesus adalah Raja Kemuliaan dan Kebenaran. Kita bisa lihat dalam percakapan dengan Pilatus. Kebenaran dan kemuliaan salib tidak terletak dalam pembalasan dan sebaliknya dalam sikap sabar dan setia serta taat pada rencana Allah pada diriNya. Yesus sebenarnya bisa menolak hukuman itu hanya dengan menyangkal bahwa Dia bukan Mesias. Tapi kebenaran bukanlah sikap pengecut tetapi terbuka terhadapnya. Kebenaran selalu jujur walaupun dengan resiko. Dalam madah-madah Hamba Yahwe, kebenaran, sesaat nampak kalah dari yang tidak benar dan salah. Tetapi itu tidak akan bertahan. Salib bukan tanda kekalahan tetapi kemenangan. Via Crus bukanlah semata Via dolorosa tetapi Via Victoria.

• Salib adalah lambang solidaritasNya dengan manusia yang mau dilayani dan ditebusnya. Dia mati untuk semua orang. Inilah kebanggaan kita. Dia tidak hanya mati untuk Rasul2Nya yang bersih, Dia malahan mati untuk Petrus yang menyangkalNya dan Yudas yang mengkianatiNya. Dia tidak peduli berapa besarnya dosa dan kesalahan kita. Inilah dasar solidaritas kita dengan orang lain. Untuk kita, setiap orang adalah citra Allah yang harus diselamatkan. Putih hitam, kaya miskin, dll…

• Salib menyadarkan kita akan dosa2 sosial kita. Salib dapat berfungsi sebagai kritik terhadap berbagai situasi ketidakadilan di sekitar kita; korupsi yang dibiarkan merajalela, pencurian yang meluas dan seolah dibiarkan, kemalasan yang ditoleransi, penindasan sesama yang tidak manusiawi dan dibiarkan terus terjadi (TKI bermasalah tetapi kita biarkan terus terjadi….), dll.

• Salib adalah tanda pengharapan. Pengharapan akan muncul menjadi sinar keselamatan kalau kita bersedia memikul salib kita masing-masing. Dalam keluarga, dalam pekerjaan kita, dalam suku, dalam masyarakat, dalam tugas sebagai pemimpin (KUB, Lingkungan, Desa dan Lurah, Politik dan agama, dll). Setiap kita sejak dilahirkan, diletakkan sebuah salib untuk kita pikul dengan setia. Dalam hidup, bukan perkaran kesuksesan dan keberhasilan yang pertama dinilai, tetapi seberapa kita setia memikul salib hidup kita. Mengapa kita harus melepaskan salib kita kalau Tuhan sendiri sebenarnya sudah memberi contoh bahkan memikulnya untuk kita?
………………………………
CERITA : (1.434 hal. 262) Memotong salib. Alkisah ada sekelompok orang saleh mengadakan ziarah sambil memikul salib. Perjalanannya sulit. Terdengar banyak keluhan dan rintihan. Salah seorang dari antara peziarah mendapati salibnya terlalu berat, sehingga ia memotong sebagiannya sehingga salibnya menjadi pendek. Setelah berjalan beberap hari, para peziarah itu mendekati tanah terjanji yang penuh dengan sukacita dan damai abadi dalam hadirat allah. Tetapi mereka masih mengalami suatu rintangan yang harus diatasi. Ada sebuah jurang terbentang lebar di antara mereka dan surga. Bagaimana mereka dapat menyeberang? Salah seorang di antara mereka menemukan cara mengatasinya yaitu bahwa setiap orang menggunakan salibnya sebagai jembatan. Dan apa yang terjadi? Ternyata ukuran salib mereka persis pas untuk menjembatani jurang itu. Maka semua pemikul salib dapat menyeberang dengan selamat ke surga kecuali dia yang memotong salibnya mendai lebih pendek dan ringan.

0 Response to "Salib kebenaran dan kemenangan"

Posting Komentar